Siapa yang
tidak ingin menjadi pemimpin? secara kodrati kita memang diciptakan untuk
menjadi seorang pemimpin. Apalagi menjadi
seorang ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), tentu merupakan sebuah
tanggung jawab dan amanah besar. Bukan hanya sebuah tantangan, tetapi lebih
menjadi sebuah ujian dan cobaan. Hanya mereka yang memiliki keyakinan paling
kuat, yang mampu bertahan. Jadi, ketika saya mendapat kesempatan untuk menjadi
seorang ketua KPK, sudah pasti niat bulat untuk meberantas korupsi akan saya
tanam di dalam hati.
korupsi sudah sangat lancar dilakukan oleh pengurus OSIS. Entah itu dengan istilah uang jalan, uang capek, dan lain sebagainya. Disengaja atau tidak, tetapi yang jelas, oknum – oknum yang terbiasa melakukah praktik – praktik seperti itulah yang akan menjadi cikal bakal koruptor – koruptor kelas kakap nantinya.
Pemberantasan
korupsi saat ini ibarat memotong rumput menggunakan arit, yang ketika selesai dipotong
terlihat rapi, namun dalam waktu yang tidak lama rumput – rumput tersebut akan
tumbuh kembali. Maka sebagai ketua KPK, selain untuk meberantas orang – orang
yang sudah terlanjur menjadi koruptor, tindakan pencegahan bagi calon – calon koruptor
lain mutlak dilakukan. Entah itu generasi saat ini, apalagi generasi muda.
Saya akan
membuat para pejabat Negara berpikir 1000 kali untuk melakukan korupsi. Susah
memang, tapi apa salahnya mencoba. Hukum mati, tepat didepan mata pejabat –
pejabat Negara yang lain. Ekstrim, apa ini bisa memberi efek jera ? Coba saja.
Kita tidak bisa menduga – duga. ini hanya masalah keberanian. Dan sebagai ketua
KPK, saya dengan mantap berani melakukan ini. Terganjal masalah HAM ? Apakah
para koruptor pernah memikirkan hak - hak asasi rakyat miskin ? yang dengan begitu gampangya uang mereka
dicuri. Berapa juta hak asasi anak – anak yang terbengkalai sehingga tidak bisa
mengenyam pendidikan akibat ulah mereka ? Masih bicara soal HAM ? Tidak pantas mengagung – agungkan HAM ketika
para koruptor membunuh hak jutaan orang secara perlahan. Koruptor lebih berbahaya
dari teroris. Ketika teroris dihukum mati, maka saya tidak akan segan – segan
memberikan hukuman mati pada koruptor juga.
Memiskinkan
keluarga mereka. Saya akan menjadikan koruptor tukang sapu, tukang sampah, dan
pesuruh di kantor yang pernah dia pimpin. Biarkan dia merasakan tekanan psikis
yang mendalam. Dan biarkan teman – temannya yang lain melihatnya. Agar mereka
yang tadinya berniat melakukan korupsi, segera mengurungkan niatnya.
Sengsarakan dia, ambil semua asetnya. Biarkan dia merasakan nasib jutaan orang
tua yang telah dirugikan. Masih bermasalah dengan HAM lagi ? kapan mereka akan
jera kalau tidak ditindak tegas seperti itu.
Selanjutnya,
yang TERPENTING, cegah anak muda melakukan korupsi. Perlihatkan kepada mereka bahwa siapa saja
yang berani mencuri uang rakyat, akan mendapat hukuman yang sangat berat.
Selain itu, saya akan mengganti slogan “generasi muda calon “penerus” bangsa”.
Karena apabila pemuda itu adalah “penerus”, maka korupsi juga nantinya akan tetap
diteruskan. Saya akan merubahnya dengan generasi muda PEMBARU bangsa. Iya,
PEMBARU. Pemuda yang akan memperbarui bangsa ini, menuju ke rel yang sesungguhnya.
Di tangan merekalah bangsa ini selanjutnya. Saya tidak ingin, pemegang estafet
NKRI tercinta ini akan meneruskan budaya bobrok orang – orang tua sebelumnya
yang gila makan uang haram.
Lakukan sosialisasi
kepada generasi muda, ajak mereka memberantas korupsi, pembinaan imtaq ditingkatkan,
serta pendidikan karakter yang sesungguhnya direalisasikan. Seperti penyakit,
Lebih baik mencegah daripada mengobati.
Menjadi
masalah, apabila eksekutif dan legislatif yang notabene pemegang kekuasaan
terlalu alot dan berlama – lama menyutujui teknik menghukum koruptor seperti
itu. Tetapi, saya tidak akan menyerah begitu saja. Saya masih punya banyak
pendukung yang memiliki komitmen bersama untuk memberantas korupsi. Di kala
petinggi – petinggi negara tidak menggubris dengan alasan bertele – tele,
mengapa tidak saya merangkul mereka yang memiliki kekuasaan tertinggi di negeri
ini, RAKYAT. Kami punya cukup kekuatan untuk bersama – sama mendesak presiden agar
segera menyetujui usulan tersebut. Ini bukan masalah sepele yang yang perlu
banyak pertimbangan lagi, tetapi ini adalah masalah kronis yang perlu segera
diselesaikan. Saya yakin, rakyat sudah muak melihat praktik korupsi di negeri
ini.
Kalau
ternyata eksekutif dan legislatif masih berbelit – belit dan ingin
memberhentikan saya karena masalah ini. Apa saya takut ? tidak sama sekali. Terkadang sesuatu hal yang
baik itu memerlukan jalan yang sangat rumit dan ekstrim untuk mencapainya. Menjadi
pemimpin itu berani ambil resiko. kalau dalam bahasa Sumbawa “papo bae” yang artinya “pukul/hadapi
saja”.
Apa saya
bisa ? sangat berat memang jika hanya sendirian. saya ibarat sebatang lidi, dan
koruptor sampah – sampah yang mengotori halam rumah kita. Kita akan mampu
menyapu bersih mereka jika kita bersatu menjadi sebuah “sapu” dan menyapui
bersih “sampah – sampah” itu. Mari kita mengusung visi yang sama. BERANTAS
KORUPSI DI NEGERI INI. Tuhan tidak akan pernah
mau merubah nasib kita kalau kita tidak mau merubahnya sendiri. begitu pula
korupsi, harus dikawal dan diberantas bersama – sama.
Sebuah mimpi
dan harapan, ketika saya menjadi seorang Ketua KPK. Mimpi yang bukan tidak
mungkin bisa menjadi sebuah kenyataan. Sedikit berbagi kutipan favorit saya
“Pemimpin itu bukanlah sebuah jabatan. Tetapi sebuah aksi “
Wassalam
TERIMA KASIH :)
ReplyDelete